Pantangan-Pantangan
dalam Kepemimpinan
Naskah
Amanat Galunggung (AG) menjelaskan
ada empat larangan bagi seorang pemimpin dalam cara memerintah, yakni:
a. Mulah kwanta
(jangan berteriak)
b. Mulah majar laksana
(jangan menyindir)
c. Mulah madahkeun pada janma
(jangan menjelekkan orang lain)
d. Mulah sabda ngapus
(jangan berbohong).
AG
versi VI mengungkap pantangan sebagai pemimpin dalam ilmu wujud air “patanjala”, bahwa seorang pemimpin:
a. Jangan
mudah terpengaruh
b. Jangan
peduli terhadap godaan
c. Jangan
dengarkan ucapan yang buruk
d. Pemimpin
harus visioner berpusat pada tujuan dan cita-cita, sebagaimana dikemukakan Seth
Kahan (2002).
Hal itu
sejalan dengan teori “Kepemimpinan Model Jalur dan Tujuan” sebagaimana
dikemukakan M.G. Evans (1970), House dan Dessler (1974) yang menitikberatkan
pada kinerja anggota yang harus sesui dengan norma, aturan, atau protap
(prasedur tetap) dan standar kerja. Serta sejalan model “Kepemimpinan
berdasarkan Output” sebagaimana dikemukakan Clitton dan Ulrich (2001) dengan
titk berat kepemimpinan adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan melalui
proses yang benar.
Ass. mohon ijin jenderal, selamat sore. sya sedikit memberikan komentar tentang pantangan kepemimpinan dalam amanat galunggung.
BalasHapusmemang benar apa yang telah ditulis dalam artikel tersebut bahwa seorang pemimpin itu harus visioner berpusat pada tujuan dan cita-cita,namun dalam kenyataannya ada saja yang bertolak belakang ada juga yang seenaknya saja bahkan ada juga yang mudah terpengaruh.
demikian komentar yang dapat saya tulis, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. mohon ijin jenderal selamat sore 8.13
sindikat VII
Mohon izin jendral izin mengomentari saya Btiptu citra dari polda banten.
BalasHapussemua apa yg tertera di atas sudah sangatlah benar akan tetapi pda kenyataannya semuny terkadang hanya menjadi sebuah teori saja dan sdikit sekali pimpinan yg menerapkan hal tersebut banyak sekali pimpinan yg tidak peduli terhadap anggota ny yg mereka tahu mereka memberi perintah itu harus dilaksanakan kami menyadari akan hal itu sebagai bawahan sudah sepatutnya kami mlaksabakan apa yg telah diperintahkan akan tetapi saya khususny sbagai perempuan terkadang ada hal hal yg trkadang membuat kami bingung harus berbuat apa karna kodrat kami tetap wanita kami ingin antara kedinasan dan keluarga bisa balance karna saya sangat mencintai pekerjaan ku sebagai polisi wanita dan mencintai keluargaku..