Kearifan Prabu Siliwangi
Nama
lain dari Prabu Siliwangi adalah Jayadewata, Prabu Guru Dewataprana, Sri Sang
ratu Dewata, Keukeumbingan Raja Sunu, Manah Rasa. Nama Prabu Siliwangi sangat
melegenda di wilayah sunda dan Jawa Barat. Salah satu wujud melegendanya
nama tersebut hingga dijadikan nama universitas Siliwangi, Kodam III Siliwangi.
Salah
satu pelajaran berharga yang diajarkan Prabu Siliwangi adalah berkait dengan
model kepemimpinan yang dikembangkannya sehingga mampu menjadi legenda pada
masanya. Beberapa ajaran kepemimpinan diajarkan oleh Prabu Siliwangi terbukti
sangat membekas dan dijadikan pedoman oleh rakyat dan aparat pemerintahan pada
waktu itu. Tentunya ajaran tersebut cukup menarik untuk dikaji dan bila mungkin
dapat diterapkan dalam situasi kekinian.
Diantara
beberapa ajaran kepemimpinan itu diantaranya: Parigeuing, Dasa Pasanta dan
Pangimbuh Twah.
Parigeuing.
Makna Parigeuing
adalah cara memerintah dan menyuruh dengan bahasa yang santun sehingga tidak
menimbulkan ketidak-senangan bagi yang diperintahnya.
Dengan
cara tersebut akan tampak bahwa dalam Parigeuing itu disyaratkan bagi seorang
pemimpin harus piawai berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dengan
rakyat yang dipimpin adalah sesuatu yang sangat penting yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin.
Tugas
pemimpin menurut Prabu Siliwangi adalah Ngertakeun bumi Lamba, yaitu
mensejahterakan semesta dunia kehidupan. Yakni mewujudkan lingkungan hidup dan
kehidupan yang sejahtera, bermartabat dan penuh dengan rahmat Sang Pencipta.
Sedangkan
fungsi pemimpin, menurut prabu siliwangi mengacu pada ajaran Tri tangtu Dibuana.
Yakni tiga fungsi yang menentukan kesejahteraan kehidupan di dunia . Dimana
ketiganya dirangkum dalam tanggung jawab: Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Prabu.
Sang
Rama, adalah perwujudan dari keluarga yang baik sehingga mampu menciptakan
terwujudnya kesejahteraan bangsa. Dalam pengertian yang lain, kuatnya sebuah
bangsa sangat tergantung kuat tidaknya masyarakatnya.
Sang
Resi, adalah orang yang
berilmu, cerdik pandai. Tugas utama sang Resi adalah menuntun,
mencerdaskan dan mengarahkan masyarakat kearah yang lebih baik. Masyarakat
menjadi tercerahkan, bahagia, sejahtera lahir dan batin.
Sang
Prabu, secara sederhana diartikan sebagai pemimpin formal, birokrat, aparat
pemerintahan. Prinsip-prinsip yang yang harus dijadikan pegangan oleh
mereka ini adalah harus patuh pada tatanan hukum. Bila hukum bisa
dilaksanakan secara benar dan konsisten, maka masyarakat yang dipimpinya akan
tertib dan terarah.
Apabila
ketiga pilar kepemimpinan itu mampu bekerja secara maksimal maka akan terwujud
model kepemimpinan yang mampu mensejahterakan masyarakat secara maksimal pula.
Menurut
para ahli teori kepemimpinan, ada empat macam penampilan pemimpin itu. Yaitu:
Perintis. Biasanya sebagai penggerak pemula
dengan konsep ideanya yang orisinil serta mampu meyakinkan komunitasnya akan
kebenaran tujuan yang ingin dicapai.
Penyelaras, seorang pemimpin yang mampu
menyelaraskan kelompok komunitasnya. Lebih bersifat manajerial. Mengarahkan
komunitasnya kepada pencapaian visi dan misi yang hendak diwujudkannya.
Pemberdaya, pemimpin berkarakter sebagai
pendorong semangat juang, memotivasi etos kerja. Mampu memanfaatkan dan
mengoperasionalkan seluruh perangkat yang dipunyai komunitasnya.
Panutan. Pemimpin yang berkarakter menjadi
suri tauladan seluruh komunitasnya. Keteladanannya mencakup aspek lahir batin
serta perilaku kehidupan kesehariannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar