Pernah lahir seorang anak bangsa yang kemudian
dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantoto. Ia memimpin sebuah gerakan pergerakan
nasional dengan basis utamanya adalah dalam bidang pendidikan. Pergerakan itu
tepatnya dimulai pada 3 Juli 1922, dimana saat itu akhirnya dijadikan sebagai
momentum pergerakan.
Ki Hadjar Dewantoro yang awalnya bernama
Raden Mas Suwardi Surjaningrat mendirikan Taman siswa. Salah satu ajaran
kepemimpinannya yang diterapkan di dalam organisasi Taman Siswa adalah bahwa
guru harus mampu berdiri dimuka memberi teladan kepada murid-murid. Seorang
guru harus mampu berada di tengah untuk menyemangati, dan berdiri
dibelakang untuk memberikan peluang untuk berkarya.
Konsepnya yang sangat terkenal
adalah: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Konsep guru ini yang ditransformasikan secara luas ke konsep
kepemimpinan.
Pertama, Ing
Ngarso Sung Tulodo. Ngarso artinya di depan sedangkan tulodo maknanya contoh.
Makna dari ajaran ini adalah bahwa sebagai pemimpin pada top level management
dimanapun, seorang pemimpin seyogiyanya memberi contoh yang baik. Apabila
seorang pemimpin mampu berbuat seperti ini maka sesungguhnya tidak ada hambatan
sedikitpun untuk dapat dilaksanakan konsep semacam ini. Sebab seorang pemimpin
selalu berada di depan memberi contoh atau teladan.
Kedua, Ing
Madyo Mangun Karso. Madyo artinya tengah, mangun artinya membentuk sesuai
keperluannya, sedangkan karso artinya kehendak. Siapapun pemimpin itu, dia
adalah middle manager artinya apabila mau berfikir dan bertindak konsisten,
siapa pun pemimpin itu pasti punya atasan. Dengan demikian sebagai pemimpin
kalau ingin berhasil dianjurkan untuk dapat membentuk, memperhatikan,
memelihara, dan menjaga kehendak dan keperluan atasan serta bawahan secara
seimbang.
Artinya, seorang pemimpin harus
mampu menjadi penyelaras, penyeimbang, dan sekaligus menyenangkan
semuapihak. Dengan demikian, kearifan seorang pemimpin akan mudah terlihat saat
menjalankan konsep ini.
Ketiga, Tut
Wuri Handayani. Tut Wuri artinya di belakang, sedangkan handayani artinya memberi
kekuatan. Konsep seperti ini sangat tepat dilaksanakan dalam sebuah organisasi.
Sebagai pemimpin kita harus mampu mengasuh bawahan dengan baik bukan memanjakan
tetapi justru memberikan arahan dan rasa aman. Dengan cara ini tentu saja
diharapkan akan memberikan hasil maksimal terhadap tujuan sebuah organisasi.
Memang ketiga ajaran ini sebenarnya lebih
menonjol dan ditemukan untuk keperluan mendidik. Namun sebenarnya, konsep ini
juga cocok jika diterapkan dalam menjalankan konsep kepemimpinan. Sebab intinya
adalah bagaimana seorang pemimpin menjaga keseimbangan dan keserasian dalam
menjalankan roda organisasi.
Kepemimpinan adalah perpaduan yang unik
antara pemimpin, sahabat,dan guru. Untuk menegakkan kepercayaan, maka pemimpin
harus mampu menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan di banding yang
lain.pemimpin harus berdiri didepan atau berada di tempat teratas memberikan
intruksi kepada pasukan-nya. Ini adalah ing ngarso sung tulodo. Di depan
memberikan teladan. Ketika saya bertemu dengan perusahaan-perusahaan yang
terhormat, ternyata mereka mempunyai satu kesamaan: mereka dipimpin yang
berdiri di depan dan meneladani. Dalam hal keteladanan ada kisah yang menarik
untuk dijadikan pelajaran.
Jelaslah di sini bahwa, leading is teacing
by exam. Dalam konteks manajemen modern, barangkali konsep ing ngarso sung
tulodo bisa kita artikan sebagai to lead. Namun, pemimpin yang berada di depan
terlalu jauh dan terlalu lama akan membosankan bagi pengikut atau anak buahnya.
Jadi, pemimpin ternyata tidak cukup harus didepan. Manajemen modern mengajarkan
kepada kita untuk membangun tim kerja dan memberdayakan tim kerja ini.
Membangun tim tidaklah sulit, karena
prinsip pokoknya adalah organizing. Selanjutnya, memberdayakan tim tidaklah
mudah karena para anggota tim adalah manusia dengan berbagai latar belakang,
karakter, keinginan, motivasi, bahkan visi yang sama dan berkehendak mencapai
tujuan yang sama, namun karena kepentingan masing-masing individu berlainan,
maka proses kerja tim bisa berjalan cepat, namun bisa juga lamban dan
birokratis.
Apabila
suatau organisasi bergerak dengan lamban, dan tim-tim kerja yang ada di
dalamnya mejadi sumber kelambanan,siapa yang harus diminta pertanggungjawaban?
Tidak lain dari pada pemimpin. Seorang pemimpin yang hanya berada didepan dan
terus menerus didepan akan menemukan anak buahnya berjalan dengan lamban, tidak
akur bahkan bisa merongrong kepemimpinan. Dimana salah pemimpin? Satu hal saja,
tim kerja tidak akan bisa bekerja dengan efisien apabila tidak terinspirasi
untuk bekerja secara efisien. Microsoft memiliki tim kerja yang efisien karena
CEO-nya mempunyaikebiasaan untuk bergaul dan berada di tengah karyawannya. Ini
juga terjadi pada banyak perusahaan di Indonesia, sampai ada yang mengatakan
bahwa jenis pengelolaan model ini sebagai leadership by walking around – atau
Juga management by walking around. Iinilah
esensi dari ing madyo mangun karso atau to inspire.Konsep ketiga adalah pemberdayaan. Tugas pemimpin adalah mencari calon-calon pemimpin yang baru yang kelak akan menggantikannya. Salah satu tujuan terpentingnya adalah agar keberlangsungan organisasi bisa berjalan terus menerus dan berkelanjutan. Ia tidak sekedar “mencari” namun juga menyiapkan. Salah satu cara paling baik adalah memberi kesempatan untuk “belajar memimpin” dengan memberi peluang untuk berkreasi di dalam koridor korporasi. Disini kita juga bertemu dengan prinsip delegasi dimana pemimpin memberi kewenangan secara terbatas kepada bawahannya untuk mengembangkan tugas yang diberikan secara proporsional. Dalam bahasa Ki Hadjar, ini disebut sebagai tut wuri handayani, atau dalam bahasa manajemen to motivate.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar