Selasa, 10 Desember 2013

KEPEMIMPINAN KI HADJAR DEWANTORO

Ajaran Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro

Pernah lahir seorang anak bangsa yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantoto. Ia memimpin sebuah gerakan pergerakan nasional dengan basis utamanya adalah dalam bidang pendidikan. Pergerakan itu tepatnya dimulai pada 3 Juli 1922, dimana saat itu akhirnya dijadikan sebagai momentum pergerakan.
Ki Hadjar Dewantoro yang awalnya bernama Raden Mas Suwardi Surjaningrat mendirikan Taman siswa. Salah satu ajaran kepemimpinannya yang diterapkan di dalam organisasi Taman Siswa adalah bahwa guru harus mampu berdiri dimuka memberi teladan kepada murid-murid. Seorang guru harus mampu berada  di tengah untuk menyemangati, dan berdiri dibelakang untuk memberikan peluang untuk berkarya.
Konsepnya yang sangat terkenal  adalah: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Konsep guru ini yang ditransformasikan secara luas ke konsep kepemimpinan.

Pertama, Ing Ngarso Sung Tulodo. Ngarso artinya di depan sedangkan tulodo maknanya contoh. Makna dari ajaran ini adalah bahwa sebagai pemimpin pada top level management dimanapun, seorang pemimpin seyogiyanya memberi contoh yang baik. Apabila seorang pemimpin mampu berbuat seperti ini maka sesungguhnya tidak ada hambatan sedikitpun untuk dapat dilaksanakan konsep semacam ini. Sebab seorang pemimpin selalu berada di depan memberi contoh atau teladan.

Kedua, Ing Madyo Mangun Karso. Madyo artinya tengah, mangun artinya membentuk sesuai keperluannya, sedangkan karso artinya kehendak. Siapapun pemimpin itu, dia adalah middle manager artinya apabila mau berfikir dan bertindak konsisten, siapa pun pemimpin itu pasti punya atasan. Dengan demikian sebagai pemimpin kalau ingin berhasil dianjurkan untuk dapat membentuk, memperhatikan, memelihara, dan menjaga kehendak dan keperluan atasan serta bawahan secara seimbang.

Artinya, seorang pemimpin harus  mampu  menjadi penyelaras, penyeimbang, dan sekaligus menyenangkan semuapihak. Dengan demikian, kearifan seorang pemimpin akan mudah terlihat saat menjalankan konsep ini.

Ketiga, Tut Wuri Handayani. Tut Wuri artinya di belakang, sedangkan handayani artinya memberi kekuatan. Konsep seperti ini sangat tepat dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Sebagai pemimpin kita harus mampu mengasuh bawahan dengan baik bukan memanjakan tetapi justru memberikan arahan dan rasa aman. Dengan cara ini tentu saja diharapkan akan memberikan hasil maksimal terhadap tujuan sebuah organisasi.

Memang ketiga ajaran ini sebenarnya lebih menonjol dan ditemukan untuk keperluan mendidik. Namun sebenarnya, konsep ini juga cocok jika diterapkan dalam menjalankan konsep kepemimpinan. Sebab intinya adalah bagaimana seorang pemimpin menjaga keseimbangan dan keserasian dalam menjalankan roda organisasi.

Kepemimpinan adalah perpaduan yang unik antara pemimpin, sahabat,dan guru. Untuk menegakkan kepercayaan, maka pemimpin harus mampu menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan di banding yang lain.pemimpin harus berdiri didepan atau berada di tempat teratas memberikan intruksi kepada pasukan-nya. Ini adalah ing ngarso sung tulodo. Di depan memberikan teladan. Ketika saya bertemu dengan perusahaan-perusahaan yang terhormat, ternyata mereka mempunyai satu kesamaan: mereka dipimpin yang berdiri di depan dan meneladani. Dalam hal keteladanan ada kisah yang menarik untuk dijadikan pelajaran.  

Jelaslah di sini bahwa, leading is teacing by exam. Dalam konteks manajemen modern, barangkali konsep ing ngarso sung tulodo bisa kita artikan sebagai to lead. Namun, pemimpin yang berada di depan terlalu jauh dan terlalu lama akan membosankan bagi pengikut atau anak buahnya. Jadi, pemimpin ternyata tidak cukup harus didepan. Manajemen modern mengajarkan kepada kita untuk membangun tim kerja dan memberdayakan tim kerja ini.

Membangun tim tidaklah sulit, karena prinsip pokoknya adalah organizing. Selanjutnya, memberdayakan tim tidaklah mudah karena para anggota tim adalah manusia dengan berbagai latar belakang, karakter, keinginan, motivasi, bahkan visi yang sama dan berkehendak mencapai tujuan yang sama, namun karena kepentingan masing-masing individu berlainan, maka proses kerja tim bisa berjalan cepat, namun bisa juga lamban dan birokratis.
          Apabila suatau organisasi bergerak dengan lamban, dan tim-tim kerja yang ada di dalamnya mejadi sumber kelambanan,siapa yang harus diminta pertanggungjawaban? Tidak lain dari pada pemimpin. Seorang pemimpin yang hanya berada didepan dan terus menerus didepan akan menemukan anak buahnya berjalan dengan lamban, tidak akur bahkan bisa merongrong kepemimpinan. Dimana salah pemimpin? Satu hal saja, tim kerja tidak akan bisa bekerja dengan efisien apabila tidak terinspirasi untuk bekerja secara efisien. Microsoft memiliki tim kerja yang efisien karena CEO-nya mempunyaikebiasaan untuk bergaul dan berada di tengah karyawannya. Ini juga terjadi pada banyak perusahaan di Indonesia, sampai ada yang mengatakan bahwa jenis pengelolaan model ini sebagai leadership by walking around – atau Juga management by walking around. Iinilah esensi  dari ing madyo mangun karso atau to inspire.
                    
          Konsep ketiga adalah pemberdayaan. Tugas pemimpin adalah mencari calon-calon pemimpin yang baru yang kelak akan menggantikannya. Salah satu tujuan terpentingnya adalah agar keberlangsungan organisasi bisa berjalan terus menerus dan berkelanjutan. Ia tidak sekedar “mencari” namun juga menyiapkan. Salah satu cara paling baik adalah memberi kesempatan untuk “belajar memimpin” dengan memberi peluang untuk berkreasi di dalam koridor korporasi. Disini kita juga bertemu dengan prinsip delegasi dimana pemimpin memberi kewenangan secara terbatas kepada bawahannya untuk mengembangkan tugas yang diberikan secara proporsional. Dalam bahasa Ki Hadjar, ini disebut sebagai tut wuri handayani, atau dalam bahasa manajemen to motivate.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar