Selasa, 10 Desember 2013

KEPEMIMPINAN TRI-DHARMA KGPA MANGKUNEGARA I



Filosofi Kepemimpinan Tri-Dharma KGPAA
Mangkunegara I

Sejarah selalu mencatat dengan goresan tinta emas, apabila pelakunya memiliki “sesuatu” yang fenomenal. KGPA Mangkunegara I adalah salah satu tokoh yang patut dicatat karena memiliki ajaran kepemimpinan cukup memberi makna dan dampak nyata dalam masa kepemimpinannya.

Maka memang akhirnya layak jika tokoh kita ini masuk menjadi seorang pahlawan nasional. Mengapa demikian? Prestasi yang pernah dilakoni adalah saat bertempur melawan Belanda pada abad ke-18, sekitar pertengahan tahun 1700-an dimana Pangeran Samber Nyawa, yang telah menduduki takhta bernama Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati Mangkunegara I.

Dalam masa keprihatinan yang mendalam masa-masa perjuangan, beliau memimpin anak buahnya dengan memacu semangat untuk bangkit dari keterpurukan. Yakni menggunakan filosofi kepemimpinan yang dikenal dengan nama Tri-Dharma terdiri atas 3 ajaran sebagai berikut:

1)      Rumongso Melu Handarbeni, (merasa ikut memiliki). Ajaran ini memberikan petunjuk bahwa setiap  pejabat Negara mestinya selalu  merasa memiliki sifat-sifat yang dihubungkan dengan tugas negara, lembaga, dan lain-lain.
Dengan  merasa memiliki maka apapun yang dikerjakan dilakukan dengan penuh tanggung jawab, tidak sembrono, dan mengelolanya dengan baik. Setiap orang seyogiyanya merasa bahwa keseluruhannya itu merupakan milik kita dalam arti positif, yaitu suatu semangat untuk sayang kepada yang kita miliki. Dengan demikian dalam melaksanakan tugas, kita akan lebih bersungguh-sungguh karena sadar bahwa yang kita lakukan adalah untuk kepentingan kita sendiri dan lingkungan.
2)      Wajib Melu Hangrukebi, (wajib ikut membela). Mengingat bahwa yang kita hadapi adalah milik kita, maka sebagai konsekuensinya kita wajib membela dan memeliharanya dengan baik secara sukarela tanpa diperintah. Sehingga setiap menghadapi persoalan selalu dilihat dalam perspektif ikut mempertanggung-jawabkan setiap tugas yang diembannya.
3)      Mulat Sariro Hangroso Wani, (Mawas diri, untuk kemudian berani bersikap). Seseorang yang akan bertindak seyogyanya melihat kedalam dirinya dengan jujur, apakah yang akan dilakukannya tersebut selaras antara pikiran, perkataan, dan perbuatannya.

Dengan sikap ini tentu sangat kecil peluang untuk melakukan  kecerobohan, melalaikan tugas, mangkir, dan sejenisnya. Sebab disini kehati-hatian benar-benar menjadi pertimbangan utama sebelum melangkah. Setiap langkah selalu mempertimbangkan apakah langkahnya tersebut telah diperhitungkan dengan matang. 
Ajaran Tri-Dharma telah berlalu melewati ruang  dan waktu. Namun makna dari ajaran tersebut lestari dan  masih sangat actual untuk bisa  dilaksanakan hingga kini. Tidak salah jika ajaran tersebut masih relevan untuk diparaktekkan dalam alam Negara modern saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar