Selasa, 10 Desember 2013

KEPEMIMPINAN VERSI SERAT PAMARAYOGA



Ajaran Kepemimpinan Versi Serat Pamarayoga.

Dalam Serat Pamarayoga karya R. Ng Ranggawarsita dijelaskan bahwa seorang pemimpin itu harus berwawasan luas, memiliki ilmu kanuragan, kadigdayan dan kawicaksanaan.
Menurut Suwarni  dari Universitas Negeri Surabaya dalam tulisannya berjudul Citra Pemimpin Bangsa  dalam Pustaka Jawa (http://ikadbudi.uny.ac.id, 3 Mei 2010) disebutkan bahwa  jati diri para pemimpin merupakan dharma (kewajiban) yang sangat berat, terbagi menjadi 8 hal, meliputi :
1.            Hanguripi, seorang pemimpin harus melindungi rakyat, menghormati dan menjaga perdamaian, sesuai undang-undang, sehingga timbul rasa percaya diri, untuk mencapai kehidupan yang layak,
2.            Hangrungnkebi, bahwa seorang pemimpin harus berani berkorban jiwa, raga dan harta demi kesejahteraan bangsa. Mikti wibawa sebagai abdi masyarakat menjadi tanggung jawab yang harus diemban. Menghimpun kekuatan untuk membela rakyat dengan sasanti bersatu kita teguh bercerai kita runtuh,
3.            Hangruat,berarti memberantas berbagai masalah yang mengganggu jalannya pemerintahan demi ketentraman negara, misalnya mengurangi kemiskinan, membantu para penyandang cacat, memberikan pendidikan keterampilan para pemuda, meningkatkan ketakwaan, dengan harapan mendapatkan ampunan, membersihkan diri, agar Tuhan memberikan kemudahan dan solusi,
4.            Hanata,berarti ’menata’ bahwa para pemimpin harus menghayati falsafah njunjung drajating praja, berdasarkan konsep ’nata lan mbangun praja’, menegakkan kedisiplinan, kejujuran dan setia (loyal), demi kesejahteraan rakyat, dengan sasanti ing ngarsar sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani, memberikan contoh, membangkitkan semangat kerja dan berwibawa di depan rakyat, berpengaruh seperti dilansir dalam kepemimpinan Pncasila. Rakyat diberikan kesempatan untuk memanfaatkan potensi alam milik negara, sesuai dengan amanat UUD 45,
5.            Hamengkoni,’memberi bingkai’, agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga. Pemerintah memberikan kemerdekaan (kebebasan terbatas), kepada rakyat untuk berusaha memanfaatkan potensi dalam negeri, dan menjalin bekerja sama dengan negara lain intervensi,
6.            Hangayomi, ayom berarti ’lindung’, ’teduh’. Hangayomi berarti memberikan perlindungan kepada rakyat, agar merasa aman, bebas mencari nafkah di bawah naungan wahyu ilahi. Untuk menjaga kewibawaan bangsa pemimpin berkewajiban melindungi rakyat. Bila sebuah negara, banyak terjadi kekacauan, keributan, tidak aman maka rakyat sudah pasti merasa tidak nyaman. Bekerja menjadi terganggu, berbisnis juga enggan, sebagai akibatnya investor tidak mau masuk.
Apalagi bila aparat keamananya tidak melakukan tindakan dan justru menjalankan praktek pembiaran, maka negara boleh dibilang gagal melindungi warganya. 
7.            Hangurubi, membangkitkan semangat kerja kepada rakyat, untuk mencapai kesejahteraan hidup. Rakyat berharap kesejahteraan terpenuhi, berpegang pada prilaku adil, jujur dan setia membela kebenaran. Rasa asih dan asuh menyertai dalam membina hubungan dengan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan, tatap berpegang pada sabda pandhita ratu. Bahwa seorang pemimpin harus setia pada ucapannya, dalam hal-hal tertentu ucapan pemimpin adalah perilakunya.
8.             Hamemayu, menjaga ketentraman negara, dengan keselarasan dan keharmonisan berlandaskan saling percaya menjauhkan diri dari sifat curiga, demi memperbaiki tatanan pemerintah.  Setiap pemimpin harus bisa menjaga negara dari hal-hal yang menyebabkan disharmoni sosial. Jangan pernah dibiarkan isu berkembang liar, tanpa ujung pangkal.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar